pembelajaran muhadatsah
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bahasa memiliki
peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia, sebagai makhluk sosial yang saling
membutuhkan antara satu dengan yang lainnya diperlukan adanya suatu komunikasi.
Bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama dalam menyampaikan informasi,
gagasan, ide, perasaan, pikiran, dan sebagainya.
Dalam
pembelajaran bahasa salah satu keterampilan yang harus dikuasai
siswa adalah keterampilan muhadatsah. Pembelajaran muhadatsah ini menempati kedudukan yang sangat penting
dalam pengembangan keterampilan berbahasa karena ini merupakan ciri
kemampuan komunikatif siswa. Dengan kata lain, kemampuan muhadatsah tidak hanya berperan dalam pembelajaran bahasa,
tetapi berperan penting pula dalam pembelajaran yang lain dan juga bagi kehidupan sehari-hari pada
umumnya. Hal ini
berarti salah satu indikator keberhasilan siswa belajar adalah kemampuannya
mengungkapkan gagasannya secara lisan didalam kelas dalam satu lingkup mata
pelajaran tertentu.
B.
Rumusan masalah
1.
Apa pengertian pembelajaran muhadatsah ?
2.
Apa tujuan pembelajaran muhadatsah ?
3.
Bagaimana prinsip-prinsip pembelajaran muhadatsah?
4.
Apa saja metode-metode yang dapat dilakukan dalam pembelajaran
berbicara?
5. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran muhadatsah?
6. Apa saja problematika dalam pembelajaran
muhadatsah?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian dari pembelajaran muhadatsah
2.
Untuk mengetahui tujuan pembelajaran muhadatsah
3.
Untuk mengetahui prinsip pembelajaran muhadatsah
4.
Untuk mengetahui metode-metode yang dapat dilakukan dalam
pembelajaran muhadatsah
5. Untuk
mengetahui langkah-langkah pembelajaran muhadatsah
6. Untuk mengetahui problematika dalam
pembelajaran muhadatsah.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Pembelajaran Muhadatsah
Muhadatsah, Menurut bahasa
adalah percakapan, dialog atau berbicara. Muhadatsah
adalah kegiatan seseorang dalam menggunakan suara, intonasi, atau
kalimat-kalimat untuk mengungkapkan pikiran seperti pendapat, keinginan dan
perasaan. Menurut Muhammad Shalihuddin ‘Ali Majawir bahwa muhadatsah bisa
disebut sebagai ta’bir syafahi (ungkapan secara lisan) yakni bahwasanya
muhadatsah itu adalah ucapan seseorang yang mengungkapkan ide, pikiran,
pendapat dan lain sebagainya.
Percakapan merupakan pertukaran pikiran atau pendapat mengenai suatu
topik tertentu antara dua atau lebih. Percakapan merupakan dasar keterampilan berbicara
baik bagi anak-anak maupun orang tua. Pembelajaran Muhadatsah
(berbicara) merupakan pembelajaran bahasa Arab yang pertama-tama diajarkan. Tujuannya adalah agar siswa mampu
bercakap-cakap (berbicara) dalam pembicaraan sehari-hari dengan menggunakan
bahasa Arab dan dalam membaca Al-Quran dalam sholat dan berdoa.
Dalam setiap bahasa terdapat unsur-unsur yang dapat dilihat secara
terpisah-pisah, meskipun satu sama lain saling berhubungan dengan erat bahkan
menyatu sehingga terbentuk sebuah fenomena yang bernama bahasa. Performansi dan
kemampuan berbahasa juga bermacam-macam. Ada yang berbentuk lisan dan ada yang
berbentuk tulisan. Ada yang bersifat reseptif (menyimak dan membaca) dan ada
yang bersifat produktif (berbicara dan menulis). Dan telah dijelaskan pula
bahwa pengajaran bahasa didalamnya terdapat unsur-unsur seperti tata
bunyi, keterampilan berbahasa yang terdiri atas: membaca (al-Qira:’ah), menulis
(al-kita’bah), berbicara (al-Kalam), dan menyimak (al-Istima:’) untuk melatih
dan mengajarkan masing-masing unsur dan ketrampilan tersebut, telah dikembangkan
berbagai cara atau teknik.
Dengan demikian yang dimaksud pembelajaran muhadatsah
adalah cara menyajikan bahasa dalam pelajaran bahasa Arab melalui percakapan,
dan percakapan itu dapat terjadi antara pendidik (guru) dan terdidik (murid) atau antara murid dengan murid sambil
memperkaya perbendaharaan kata-kata vocabulary yang semakin banyak. Ada beberapa karakteristik percakapan yang
perlu diperhatikan, dan percakapan biasanya terjadi pada suasana akrab, peserta
meraasa akrab antara satu sama lain dan sering terjadi secara spontanitas.
Kalau diperhatikan lebih jauh, anak kecil
belajar bahasa ibunya memang dimulai dengan percakapan (berbicara). Mula-mula
ia ucapkan kata-kata yang diarjakan ibunya meskipun tidak langsung ia pahami
dan dimengerti.setelah agak lancar, ia mulai menyusun kata-kata. Lama-kelamaan menjadi mahir dan paham berbicara. Jadi, bukan tata
bahasanya (Qawaid) yang pertama diajarkan tetapi melatih percakapannya. “ Sudah
bisa karena biasa”.
Perlu diketahui bersama bahwa pembelajaran
muhadatsah termasuk kedalam bagian dari pembelajaran kalam (berbicara).
Sedangkan perbedaan kalam dengan muhadaatsah adalah apabila muhadatsah itu
memiliki tema tertentu pada setiap kegiatannya dan adanya lawan bicara.
2.
Tujuan Pembelajaran Muhadatsah
Pada proses kegiatan
pembelajaran, tujuan merupakan hal pokok yang tidak boleh diabaikan oleh setiap
lembaga pendidikan. Karena dengan adanya tujuan dalam proses pembelajaran,
menandakan bahwa proses pembelajaran tersebut mempunyai arah dan target yang
jelas akan apa yang telah menjadi cita-cita yang hendak dicapai.
Untuk
mencapai suatu tujan tentunya dibutuhkan adanya hubungan yang harmonis antara
komponen-komponen yang terlibat didalam pembelajaran tersebut. Seperti tujuan,
metode, media pembelajaran, siswa dan guru.
Begitu
juga dengan pembelajaran muhadatsah, tujuan merupakan satu hal yang menjadi prioritas utama yang harus
dicapai. Adapun tujuan yang perlu untuk dicapai menurut.Ahmad Izzan.adalah sebagai berikut:
a.
Melatih lidah anak didik agar terbiasa dan fasih bercakap-cakap
(berbicara) dalam bahasa Arab.
b.
Terampil berbicara dalam bahasa Arab mengenai kejadian apa saja didalam
masyarakat dan dunia Internasional yang diketahui.
c.
Mampu menerjemahkan percakapan orang lain lewat telepon, radio, TV, tape
recorder dan lain-lain.
d.
Menumbuhkan
rasa cinta dan menyenangi bahasa Arab dan Al-Qur’an sehingga timbul kemauan
untuk belajar dan mendalaminya.
Sedangkan tujuan Muhadatsah
menurut Ahmad Fuad Effendy adalah: apabila dilihat secara umum tujuan latihan
berbicara untuk tingkat pemula dan menengah ialah agar siswa dapat
berkomunikasi lisan secara sederhana dalam berbahasa Arab. Sedangkan tujuan akhir latihan pengucapan adalah pengucapan ekspresi
(ta’bi:r)
yaitu yaitu
mengemukakan ide/ pikiran/ pesan kepada orang lain.
3. Prinsip-Prinsip Muhadatsah
a.
Berani melakukan/memperaktikan percakapan, dengan menghilangkan perasaan malu dan takut
salah.
b.
Rajin memperbanyak perbendaharaan kata-kata dan kalimat
secaran rutin dan istiqamah.
c.
Selalu melatih alat pendengaran dan pengucapan agar menjadi fasih dan
lancar.
d.
Terus menerus banyak membaca buku-buku dalam bahasa
arab. Angat membantu kemajuan percakapan bahasa arab anda.
e.
Mencipttakan lingkungan dalam suasana berbahasa arab.
f.
Mencintai guru dan teman yang pandai berbahasa arab,
jadikan ia sebagai teman setia. Dalam saat-saaat tertentu, mreka dapat
dijadikan sebagai tempat untuk bertanya.
4. Metode – Metode dalam
Pembelajaran Muhadtsah
a.
Latihan asosiasi dan identifikasi
Latihan ini dimaksudkan untuk melatih spontanitas
siswa dan kecepatannya dalam mengindetifikasi dan mengasosiasikan
makna ujaran yang didengarnya. Bentuk latihan antara lain :
1)
Guru
menyebut satu kata, siswa menyebut kata lain yang ada hubungannya dengan kata tersebut.
2)
Guru
menyebut satu kata, siswa menyebut kata lain yang tidak ada hubungannya dengan
kata tersebut.
3)
Guru
menyebut satu kata kerja (fi’il), siswa menyebut pelaku yang cocok.
b.
Percakapan
(hiwar)
Percakapan
ini sangat bagus diterapkan dalam pembelajaran muhadatsah, contohnya dengan
mengambil topik tentang kehidupan sehari-hari atau kegiatan yang dekat dengan
,siswa. diantara model-model percakapan itu ialah sebagai berikut:
1). Tanya jawab
1). Tanya jawab
Guru
mengajukan satu pertanyaan, siswa 1 menjawab dengan satu kalimat kemudian siswa
1 bertanya, siswa 2 menjawab.Kemudian siswa 2 bertanya dan siswa 3 menjawab
demikian seterusnya sampai semua siswa mendapat gilirannya.
2). Menghafal model dialog
2). Menghafal model dialog
Guru
memberikan suatu model dialog secara tertulis untuk dihafalkan oleh siswa
dirumah masing-masing. Pada minggu berikutnya secara berpasangan mereka diminta
tampil dimuka kelas untuk meragakan dialog tersebut untuk menghidupkan suasana
dan melatih kemahiran bercakap-cakap secara wajar, siswa diminta tidak sekedar
menghafalkan dialog-dialog tersebut, tapi juga mendamatisasikannya, dengan
memperhatikan segi-segi ekspresi, mimik, gerak-gerik intonasi dan lain
sebagainya sesuai dengan teks yang ditampilkan.
Dialog tersebut harus sesuai dengan tingkat
kemahiran siswa, dan harus bersifat situasional yang materinya diambil dari
kehidupan sehari-hari. Untuk menopang penciptaan situasi, dapat digunakan alat
bantu seperti gambar-gambar, slide dan film.
3). Percakapan terpimpin
3). Percakapan terpimpin
Didalam
percakapan terpimpin, guru menentukan situasi atau konteks atau munasabahnya.
Siswa diharapkan mengembangkan imajinasinya sendiri dalam percakapan dengan
lawan bicaranya sesuai dengan dua komponen yang menjadi pokok perhatian dalam
penilaian kemampuan siswa.
Apabila
diberi kesempatan untuk mempersiapkannya dirumah, maka sebaiknya jangan
ditetapkan pasangannya terlebih dahulu. Ini untuk menghindari kemungkinan siswa
mempersiapkan dialog secara tertulis dan kemudian menghafalkannya. Kalau ini
terjadi akan mengurangi nilai spontanitas.
4). Percakapan bebas
Dalam
kegiatan percakapan bebas, guru hanya menetapkan topik pembicaraan.Siswa diberi
kesempatan melakukan percakapan mengenai topik tersebut secara bebas.
Sebaiknya
siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang masing-masing beranggotakan 4-5
orang, agar siswa punya kesempatan yang cukup untuk berlatih. Guru dalam hal
ini melakukan pengawasan terhadap masing-masing kelompok, dan memberi perhatian
khusus kepada kelompok yang dinilai lemah atau terlihat kurang lancar dan
kurang bergairah dalam melakukan percakapan.
c. Bercerita
Bercerita
mungkin salah satu kegiatan yang menyenangkan, tetapi bagi yang mendapat tugas
bercerita kadangkala merupakan siksaan karena tidak punya gambaran apa yang
akan diceritakan. Oleh karena itu
guru hendaknya membantu siswa dalam menunjukkan objek cerita.
d.
Diskusi
Ada beberapa model diskusi yang bisa digunakan dalam latihan berbicara, antara lain:
Ada beberapa model diskusi yang bisa digunakan dalam latihan berbicara, antara lain:
1). Diskusi kelas dua kelompok
berhadapan
Guru
menetapkan satu masalah, katakanlah dalam bentuk pertanyaan.Misalnya:
Pertanyaan : أيهما تؤيد : السوق الحرة أم السوق الموجهة
Pertanyaan : اللغة العربية أهم من
اللغة الإنجليزية
Kemudian guru membagi siswa dalam dua kelompok. Kelompok
A bersikap mendukung pernyataan dan kelompok B bersikap menetang pertanyaan.
Guru atau salah seorang siswa bertindak sebagai moderator dan menggilirkan
waktu kepada masing-masing kelompok untuk mengemukakan argumentasinya Moderator
hendaknya memperhatikan agar semua anggota kelompok mendapat kesempatan untuk
berpartisipasi dan tidak dimonopoli oleh beberapa siswa saja.
2). Diskusi kelas bebas
Maksudnya
guru menentukan topik terlebih dahulu dan siswa kemudian mengemukakan
pendapatnya tentang masalah topik tersebut.
3). Diskusi kelompok
Guru
membagi siswa dalam beberapa kelompok, masing-masing terdiri dari 6 sampai 10
siswa. Pada setiap kelompok ditentukan/dipilih seorang ketua, penulis dan
pelapor.
Masing-masing
kelompok mendiskusikan topik yang berbeda-beda atau topik yang sama tapi dari
segi yang berbeda.
Pada
bagian akhir jam pelajaran, wakil dari masing-masing kelompok (pelapor)
melaporkan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas dan siap menjawab
pertanyaan atau sanggahan yang diajukan oleh kelompok lain.
4). Diskusi Panel
Guru
menetapkan topik, menunjuk beberapa siswa sebagai panelis, moderator dan
penulis. Kepada petugas diberi kesempatan satu minggu untuk mempersiapakan
bahan pembicaraannya, dna siswa yang lain menyiapkan sanggahan-sanggahan. Dalam
pelaksanaan diskusi guru bertindak sebagai partisipan pasif. Pada akhir diskusi
guru memberikan komentar dan evaluasi.
Dalam pemilihan topik diskusi
hendaknya dipertimbangankan hal-hal berikut ini:
a). Disesuaikan dengan
kemampuan siswa. Topik jangan terlalu sukar karena siswa yang lemah tidak akan
mampu berpartisipasi secara aktif.
b). Disesuaikan dengan minat
dan selera siswa bukan minat dan selera guru. Kalau siswa tidak berminat kepada
topik pembicaraan, maka mereka tidak akan begairah untuk berpartisipasi
c). Topik hendaknya bersifat
umum dan populer. Jangan pilih topik yang terlau spesifik dan teknis yang hanya
bisa diikuti oleh siswa tertentu saja
d). Dalam menentukan topik,
sebaiknya siswa diajak serta untuk merangsang keterlibatan mereka dalam
kegiatan berbicara.
e.
Wawancara
Wawancara merupakan suatu kegiatan dalam pelajaran berbicara. Adapun yang perlu untuk dilakukan dalam metode ini adalah:
1). Persiapan Wawancara
Wawancara merupakan suatu kegiatan dalam pelajaran berbicara. Adapun yang perlu untuk dilakukan dalam metode ini adalah:
1). Persiapan Wawancara
Wawancara
sebagai suatu kegiatan dalam pelajaran berbicara memerlukan persiapan-persiapan
sebagai berikut :
a)
Sebelum
kegiatan dilaksanakan pihak-pihak yang akan diwawancarai sudah mempersiapkan
pokok masalah yang akan dibicarakan.
b)
Pewawancara
dalam kegiatan ini juga harus mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah
kepada sasaran informasi yang sudah direncanakan.
c)
Dalam
hubungan ini guru berkewajiban membimbing ke arah pemakaian kalimat yang
singkat dan tepat, disamping unsur-unsur keefektifan lainnya.
2). Bentuk Wawancara
Kegiatan wawancara ini dapat dilakukan dalam dua
bentuk :
a) Wawancara dengan tamu
Dalam hal ini guru sengaja menghadirkan seseorang kedalam kelas untuk
diwawancarai oleh para siswa. Tamu yang diundang itu bisa seseorang dari luar
yang belum dikenal oleh siswa, mungkin seorang native-speaker yang kebetulan
berada di indonesia atau orang indonesia yang mampu berbahasa arab. Dapat juga
tamu itu seorang dari dalam sekolah yang sudah dikenal oleh siswa, mislanya
seorang guru bahasa arab yang lain, atau siswa dari kelas yang lebih tinggi,
ketua osis dan ketua paniia suatu kegiatan sekolah dan sebagainya.
b) Wawancara dengan teman kelas
Dalam kegiatan ini, sebagian siswa mewawancarai yang lain,
berpasang-pasangan secara bergantian. Setelah selesai kegiatan wawancara,
setiap siswa melaporkan didepan kelas hasil wawancaranya, setiap siswa
melaporkan hasilnya didepan kelas dalam bahasa arab. Bahan wawancara adalah
data pribadi siswa, misalnya data mengenai keluarga, tempat tinggal, kegiatan
sehari-hari, hobi, dan sebaginya.
f. Drama
Drama
merupakan kegiatan yang mengandung unsur rekreatif, karena dianggap
menyenangkan. Dan tahapan-tahapan yang perlu dilakukan untuk melakukan metode
ini adalah:
(1) Memilih naskah, naskah dapat berupa dialog dalam sederhana dalam suatu adegan yang sesuai dengan tujuan pelajaran.
(2) Siswa diberi kesempatan untuk melakukan latihan beberapa hari sebelum penampilan.
(1) Memilih naskah, naskah dapat berupa dialog dalam sederhana dalam suatu adegan yang sesuai dengan tujuan pelajaran.
(2) Siswa diberi kesempatan untuk melakukan latihan beberapa hari sebelum penampilan.
g.
Berpidato
Kegiatan ini biasanya dilakukan setelah siswa mempunyai cukup pengalaman
dalam berbagai kegiatan berbicara yang lain seperti percakapan, bercerita,
wawancara, diskusi dan lain-lain.
Menurut tingkatannya, pembelajaran muhadatsah
dibagi menjadi lima tingkatan :
1. Tingkatan pertama
Pada tingkatan
ini pembelajaran muhadatsah berupa percakapan yang jawabannya terbatas seperti
( ماسمك ؟ ، من أين أنت ؟ ).
2.
Tingkatan kedua
Pada tingkatan ini pembelajaran muhadatsah berupa pertanyaan yang
terbuka yang dapat mengembangkan pemikiran peserta diidk seperti (ماذ إشتريت في السوق )
3.
Tingkatan ketiga
Pada tingkatan ini pembelajaran muhadatsah peserta didik diminta untuk
mengungkapkan secara lisan dengan ungkapan yang terikat seperti menarik
kesimpulan dari gambar dengan mengungkapkan tujuan yang dimaksud dalam gambar
tersebut.
4.
Tingkatan keempat
Pada tingkatan ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan secara
bebas dengan menggunakan pemikiran peserta didik yang mendalam.
Dalam pembelajaran Muhadatsah bisa juga
maenggunakan pendekatan audio-visual dengan cara sebagai berikut :
1.
Thariqah Mubasyirah (metode
langsung)
2.
Perbuatan yang berantai beserta
gerakan tubuh
3.
Tanya dan jawab baik dari guru ke
murid, atau kelompok dengan kelompok serta individu dengan individu.
5. Langkah-Langkah
Pembelajaran Muhadatsah
a. Mempersiapkan materi muhadatsah dengan matang
dan menetapkan topik yang akan
disajikan.
b. Materi muhadatsah hendaklah disesuaikan dengan
taraf perkembangan dan kemampuan peserta didik. Jangan memberi kata-kata yang
panjang atau susah dimengerti dan susah dipahami oleh terdidik. Mulailah dari
kata-kata yang telah dikuasai oleh anak didik.
c. Menggunakan alat bantu dalam muhadatsah. Sebab
dengan alat peraga dapat menjelaskan persepsi dan maksud yang terkandung pada
muhadatsah.
d. Pendidik (guru) hendaklah menjelaskan terleih
dahulu arti kata-kata yang terkandung di dalam muhadatsah. Dengan menuliskannya dahulu di papan tulis. Setelah murid dianggap
mengerti, guru menyuruh murid untuk mencoba memperaktikannya di Dean kelas. Dan
teman lainnya menyimak dan memperhatikannya sebelum mendapat giliran berikutnya.
e. Pada muhadatsah tingkat tinggi, anak didiklah
yang banyak berperan sedangkan guru menentukan topik yang akan
dimuhadatsahan. Dan setelah acara
dimulai, peran guru hanya mengatur jalannya muhadatsah agar jalannya muhadatsah
tetap lancar dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
f. Setelah muhadatsah selesai dilakukan, guru
kemudian membuka forum soal jawab dalam hal-hal yang Pearl untuk didiskusikan
mengenai muhadatsah yang baru saja selesai. Jika belum dipahami anak didik,
guru mengulangi penjelasannya lagi, mencatatkannya di papan tulis dan menyuruh
murid untuk mencatat lagi di buku catatannya.
g. Penguasaan bahasa arab yang aktif, bukan
penguasaan yang pasif. Terasa janggal jika murid kesulitan berbicara dengan
orang arab.
h. Didalam kelas, guru harus selalu berbicara dengan
menggunakan bahasa arab. Mustahil murid-muridnya akan pandai bberbahasa arab
jika gurunya jarang/tak pernah bicara berbahasa arab.
i. Jika muhadatsah akan dilanjutkan kembali pada
pertemuan berikutnya, guru sebaiknya menyiapkan batasan materi agar murid dapat
lebih menyiapkan diri.
j. Mengakiri pertemuan belajar dengan memberi
dorongan semangat dan motivasi agar murid dapat lebih giat belajar.
6. Problematika dalam Pembelajaran
Muhadatsah
a.
Siswa
kabur atua tidak hadir karena takutnya siswa akan pembelajaran muhadatsah.
b.
Tidak
jelasnya kurikulum.
c.
Perhatian
terhadap bahasa asing lebih rendah dari bahasa ibu.
d.
Metode
guru dalam mengajarkan pembelajaran ini gagal.
e.
Tidak
adanya buku yang sesuai dari segi tahapan kemampuan siswa dalam mempelajari
bahasa arab.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian
Muhadatsah, Menurut bahasa adalah percakapan, dialog atau berbicara. Muhadatsah adalah kegiatan seseorang dalam
menggunakan suara, intonasi, atau kalimat-kalimat untuk mengungkapkan pikiran
seperti pendapat, keinginan dan perasaan. Menurut Muhammad Shalihuddin ‘Ali
Majawir bahwa muhadatsah bisa disebut sebagai ta’bir syafahi (ungkapan
secara lisan) yakni bahwasanya muhadatsah itu adalah ucapan seseorang yang
mengungkapkan ide, pikiran, pendapat dan lain sebagainya.
2. Tujuan
Menurut
Ahmad Fuad Effendy adalah: apabila dilihat secara umum tujuan latihan berbicara
untuk tingkat pemula dan menengah ialah agar siswa dapat berkomunikasi lisan
secara sederhana dalam berbahasa Arab. Sedangkan tujuan akhir latihan pengucapan adalah pengucapan ekspresi
(ta’bi:r)
yaitu yaitu
mengemukakan ide/ pikiran/ pesan kepada orang lain.
3. Prinsip
·
Berani melakukan/memperaktikan percakapan, dengan menghilangkan perasaan malu dan takut
salah.
·
Rajin memperbanyak perbendaharaan kata-kata dan kalimat
secaran rutin dan istiqamah.
·
Selalu melatih alat pendengaran dan pengucapan agar menjadi fasih dan
lancar.
·
Terus menerus banyak membaca buku-buku dalam bahasa
arab. Angat membantu kemajuan percakapan bahasa arab anda.
·
Mencipttakan lingkungan dalam suasana berbahasa arab.
·
Mencintai guru dan teman yang pandai berbahasa arab,
jadikan ia sebagai teman setia. Dalam saat-saaat tertentu, mreka dapat
dijadikan sebagai tempat untuk bertanya.
4. Metode
·
Latihan
asosiasi dan identifikasi
·
Percakapan
(hiwar)
·
Bercerita
·
Diskusi
·
Wawancara
·
Drama
·
Berpidato
5. Langkah-langkah
Pembelajaran
·
Mempersiapkan materi muhadatsah dengan matang dan
menetapkan topik yang akan disajikan.
·
Materi muhadatsah hendaklah disesuaikan dengan taraf
perkembangan dan kemampuan peserta didik. Jangan memberi kata-kata yang panjang
atau susah dimengerti dan susah dipahami oleh terdidik. Mulailah dari kata-kata
yang telah dikuasai oleh anak didik.
·
Menggunakan alat bantu dalam muhadatsah. Sebab dengan
alat peraga dapat menjelaskan persepsi dan maksud yang terkandung pada
muhadatsah.
·
Pendidik (guru) hendaklah menjelaskan terleih dahulu arti
kata-kata yang terkandung di dalam muhadatsah. Dengan menuliskannya dahulu di papan tulis. Setelah murid dianggap
mengerti, guru menyuruh murid untuk mencoba memperaktikannya di Dean kelas. Dan
teman lainnya menyimak dan memperhatikannya sebelum mendapat giliran berikutnya.
·
Pada muhadatsah tingkat tinggi, anak didiklah yang banyak
berperan sedangkan guru menentukan topik yang akan dimuhadatsahan. Dan setelah acara dimulai, peran guru hanya
mengatur jalannya muhadatsah agar jalannya muhadatsah tetap lancar dan sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan.
·
Setelah muhadatsah selesai dilakukan, guru kemudian
membuka forum soal jawab dalam hal-hal yang Pearl untuk didiskusikan mengenai
muhadatsah yang baru saja selesai. Jika belum dipahami anak didik, guru
mengulangi penjelasannya lagi, mencatatkannya di papan tulis dan menyuruh murid
untuk mencatat lagi di buku catatannya.
·
Penguasaan bahasa arab yang aktif, bukan penguasaan yang
pasif. Terasa janggal jika murid kesulitan berbicara dengan orang arab.
·
Didalam kelas, guru harus selalu berbicara dengan
menggunakan bahasa arab. Mustahil murid-muridnya akan pandai bberbahasa arab
jika gurunya jarang/tak pernah bicara berbahasa arab.
·
Jika muhadatsah akan dilanjutkan kembali pada pertemuan
berikutnya, guru sebaiknya menyiapkan batasan materi agar murid dapat lebih
menyiapkan diri.
·
Mengakiri pertemuan belajar dengan memberi dorongan
semangat dan motivasi agar murid dapat lebih giat belajar.
6.
Problematika
o
Siswa
kabur atua tidak hadir karena takutnya siswa akan pembelajaran muhadatsah.
o
Tidak
jelasnya kurikulum.
o
Perhatian
terhadap bahasa asing lebih rendah dari bahasa ibu.
o
Metode
guru dalam mengajarkan pembelajaran ini gagal.
o
Tidak
adanya buku yang sesuai dari segi tahapan kemampuan siswa dalam mempelajari
bahasa arab.
DAFTAR PUSTAKA
Izzan, Ahmad. 2009. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: Humaniora.
Muhammad, Abubakar. 1981. Metode Khusus Pengajaran Bahasa Arab. Surabaya: Usaha Nasional.
Fuad,Ahmad.2012.metodologipengejaranbahasaarab.malang:Misykat
http://kumpulanselembarkertas.blogspot.co.id/2015/08/metode-muhadatsah.html
http://kumpulanselembarkertas.blogspot.co.id/2015/08/metode-muhadatsah.html
sukron kasir......., makalah semoga bermanfaad...
BalasHapusMasya Allah ini bagus bangettt
BalasHapusجزاك الله خير
BalasHapus